TanahBumbu.com, SATUI - Pencemaran air sungai Satui, Desa Sungaidanau, Kecamatan Satui, Tanahbumbu membuat semakin sengsara. Sejak bulak Oktober 2019 lalu, hingga sekarang tercemarnya air salah-satu sumber kehidupan warga belum berakhir.
Makin menjadi-jadinya limbah pencemaran oleh aktivitas pertambangan batu bara di wilayah perbatasan Tanahbumbu, karena lambatnya tindakan dari instansi terkait menghentikan sumber penyebab pencemaran.
Warga khususnya nelayan menggantungkan hidup dari sungai, itu kembali berteriak. Lantaran sudah sekitar lima bulan tidak lagi memperoleh hasil tangkapan udang dan ikan.
"Kalau seperti ini terus, tidak henti-hentinya pencemaran. Setelah ikan, mungkin kami yang mati," keluh Muhammad Zaki, Rabu (12/2/2020) kemarin.
Padahal persoalan tercemarya sungai berulang kali terjadi, akan tetapi masih belum ada tindakan kongkret pihak-pihak terkait upaya mengatasi. Terlebih instansi berwenang di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
Oleh karena itu, belum adanya tindakan pihak terkait menggentikan sumber pencemaran. Bersama-sama aparatur desa, lanjut Zaki, ia akan kembali mendatangi kantor DPRD pada Jumat, besok.
"Bersama Kepala Desa, usai salat Jumat pertemuan lagi dengan anggota dewan. Harapan pencemaran sungai Satui segera berakhir," pinta Zaki.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tanahbumbu Rahmat Prapto Udoyo, pun tak menepis. Bahkan, Rahmat turut prihatin dengan persoalan yang dihadapi warga, khususnya nelayan yang menggantungkan hidup dari hasil sungai Satui.
Menurut Rahmat, upaya menghentikan sumber penyebab tercemarnya sungai Satui. Alhasil rapat beberapa waktu lalu yang dipimpin Sekretaris Daerah.
Pihaknya kembali melayangkan surat ke Pemerintah Provinsi dengan tujuan Gubernur Kalsel. Meminta agar instansi terkait di Provinsi segeranya mengambil langkah.
Terpisah, Rahmat menambahkan, pihaknya bersama dengan beberapa perusahaan sudah menyiapkan bibit ikan dan udang kepada nelayan untuk disemai.
Namun diharapkan bibit ikan dan udang akan diserahkan ke nelayan tidak untuk disemai ke sungai. Tapi nelayan bisa memanfaatkan untuk budidaya.
"Harapannya nelayan akan beralih ke budidaya, tidak lagi bergantung di sungai. Kalau disebar di sungai dengan kondisi sungai sekarang, akan sia-sia. Ini masih dibicarakan. Sambil menunggu lokasi rencana untuj budidaya sudah siap," terang Rahmat.
Sebelumnya beberapa bulan lalu, pihaknya sudah menyerahkan bibit bantuan dari salah-satu perusahaan kepada salah-satu kelompoK nelayan.
"Saya juga salut dengan nelayan mereka tidak menghendaki uang, selain bibit ikan dan udang," tandas Rahmat.
Sumber : https://banjarmasin.tribunnews.com/2020/02/13/warga-tanahbumbu-resah-pencemaran-sungai-makin-parah-zaki-setelah-ikan-mungkin-kami-yang-mati
Posting Komentar
Posting Komentar